Rabu, 30 Oktober 2013

Design

Masih dari buku advertising CREATIVE STRATEGY, COPY + DESIGN , kali ini kita akan membahas sedikit tentang Design. Selamat membaca :)

-Flo-




     
       Empat Prinsip Desain 
1 . Kedekatan =  Semua elemen memiliki hubungan, dan kedekatan membantu khalayak memahami hubungan itu. Apakah unsur-unsur dari tampilan (layout)? Ada bermacam-macam : judul, sub judul, body copy, tagline, visual, dan logo .

2 . Keselarasan = keselarasan adalah segala hal tentang membuat gambaran verbal. Dua poin penting untuk diingat dalam prinsip keselarasan adalah aliran visual dan garis . Aliran visual mengacu pada bagaimana mata pembaca 'mengikuti" layout , bagaimana mereka terbawa pada layout tersebut. Garis adalah elemen kunci kedua keselarasan , dan mereka adalah pusat untuk aliran visual . Garis dapat menjadi tepi visual, ujung baris copy, tepi blok salinan, atau garis yang sebenarnya .

3 . Pengulangan = mengulangi beberapa elemen desain seluruh layout merupakan hal penting . Bisa berupa pengulangan bentuk, warna, garis, tekstur, atau jenis tulisan tertentu. Dua hal utama yang harus dihindari ketika mempertimbangkan sebuah pengulangan adalah apakah hal tersebut menyebabkan pelanggan atau khalayak merasa terganggu dan apakah hal tersebut membuat khalayak bingung.


4 . Kontras = Kontras dapat memainkan peran penting dalam bagaimana khalayak menanggapi elemen kontras dalam layout yang kalian buat.




Putting It All Together
a.     Keep it simple = Jangan memasukan/menggunakan terlalu banyak elemen, style, dan gaya penulisan yang membuat banayk orang tidak mengerti apa yang kalian ingin katakan melalui iklan tersebut. Membuat iklan yang sederhana bukan berarti kalian hanya bisa menggunakan 1 elemen di iklan tersebut. Itu artinya adalah kalian harus menyatukan beberapa elemen ke dalam desain kalian, dengan begitu pembaca akan terkesan dengan ide kalian, bukan teknik kalian.
    
b. Jika kalian menekankan segala hal, kalian tidak menekankan apa-apa = berantakan, membingungkan, layout yang benar-benar kacau akan "mengusir" pembaca. Tidak seorang pun ingin meluangkan waktu untuk mencari tahu apa yang kalian maksud. 

Periklanan dan Tim Kreatif

Haii semuaaa.. 
Nah, ini hasil saya baca buku advertising CREATIVE STRATEGY, COPY + DESIGN.  Nama penulisnya Tom Altstiel & Jean Grow.
-Flo-



COPY, DESIGN, and CREATIVITY
    Tahun 1950an - awal tahun 1970an adalah "masa kejayaan" dari periklanan. Fokus periklanan pada waktu itu adalah mengenai anak muda, kebebasan, sex, obat-obatan, dan rock 'n' roll. Apa yang membuat iklan tersebut revolusioner? 
  1. Mereka mulai merubah fokus dari produk kepada fokus pada brand. Mereka memperkenalkan karakter yang mudah diingat dan menjaga tema yang konsisten dari tahun ke tahun. Faktor-faktor inilah yang membuat brand diperhatikan dan bisa diterima.
  2. Mereka mengubah cara berpikir konvensional
  3. Mereka membuat penampilan baru; menggunakan ruang putih, layout yang asimetris, dan cara penulisan yang unik

    TIM KREATIF
Sebuah tim kreatif 'tradisional' terdiri dari copywriter dan art director, dengan partisipasi dari web developers dan broadcast producers. Tim ini biasanya mengikuti atasannya, yaitu creative director. Tapi, siapapun yang menjalankan proses periklanan tersebut, tim kreatif harus mengetahui produk tersebut dari berbagai sisi, luar dan dalam. Merekka harus mengerti siapa saja yang menggunakan produk tersebut, bagaimana perbandingannya dengan para pesaing, apa yang penting bagi konsumen, dan lain-lain.

    WHERE DO I GO FROM HERE?
Kalian mungkin akan mengambil salah satu beberapa jalur karir kalian :
1. Copywriter/art director 
2. Management/creative director
3. Account manager
4. Account planner
5. Promotion director
6. Public relations writer
7. Internal advertising department
8. Web/interactive
9. Freelance writer/designer
10. Producer/director (broadcast)
11. Consultant

Selasa, 29 Oktober 2013

Positioning & Segmentasi Pasar

Masih dari catetan di kelas Dasar-dasar Periklanan, kali ini saya akan nge-post tentang Positioning dan Segmentasi Pasar :)

-flo



Positioning adalah penempatan suatu figur atau nama produk yang melekat kuat dalam benak pikiran seseorang. Dasar dari penentuan positioning ebuah jasa antara lain :

  1. Reliability (tahan uji) = Sejauh mana produk atau jasa mampu memberi pelayanan yang dijanjikan dan sejauk mana mampu memberikan pelayanan yang akurat.
  2. Assurance (jaminan) = Adanya jaminan yang diberikan kepada pelanggan
  3. Tangibles = Adanya bukti nyata dalam menyediakan barang/jasa dan melayani konsumen
  4. Empathy = Harapan dari konsumen agar penyedia barang/jasa mengenal konsumen secara pribadi
  5. Responsiveness = Tanggung jawab kepada pelanggan
Dasar dari penentuan positioning agar bisa diterima oleh masyarakat :
  1. Melalui pengutamaan penggunaan produk. Misalnya, Paramex diutamakan sebagai obat sakit kepala
  2. Melalui kelas pemakai produk. Misalnya, sabun Lux adalah sabun yang digunakan wanita ekslusif
  3. Melalui kelas produk
  4. Melalui kultr/ budaya. Misalnya, Mustika Ratu yang menyimbolkan budaya Jawa
  5. Melalui kompetitor


Segmentasi Pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Tujuannya adalah untuk merancang bauran pemasaran yang lebih tepat dalam menjawab kebutuhan para konsumen di pasar tertentu.




Segmentasi pasar terdiri dari 4 metode :
  1. Metode Demografis, mencakup usia, gender, ukuran keluarga, tahap siklus, hidup keluarga, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama, ras, dll
  2. Metode Geografis, mencakup daerah, ukuran populasi, kepadatan penduduk, iklim, dll
  3. Metode Behavioristis, mencakup manfaat yang dicari, penggunaan volumem dan loyalitas produk
  4. Metode Psikologis, mencakup gaya hidup & kepribadian

Dasar-dasar Periklanan


Naahh, kali ini saya akan nge-post isi catetan saya dari kelas Dasar-dasar Periklanan. Semoga bermanfaat ya (yaah, walaupun gak begitu lengkap. hehe).

-Flo-




Periklanan adalah komunikasi komersial & non-personal tentang sebuah organisasi & produk yang ditransmisikan ke suatu khalayak terget melalui media yang bersifat massal. Periklanan merupakan bagian kecil dari ilmu pemasaran.
Menurut Phillip Kotler, periklanan merupakan proses sosial dimana individu & kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan.

Pemasaran adalah untuk MEMBUJUK konsumen untuk memilih satu produk ketimbang produk lainnya.
Jadi, ada 3 unsur pendukung konsep pemasaran :
1. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen
2. Mengupayakan koordinasi pemasaran di seluruh organisasi
3. Pencapaian tujuan jangka panjang mempertahankan unsur produk
Awal mula kegiatan periklanan dimulai pada zaman peradaban Yunani kuno & Romawi kuno dengan cara dari mult ke mulut. Periklanan pada saat itu bertujuan untuk MEMBANTU kelancaran jual beli di masyarakat dan untuk kepentingan yang berkaitan dengan budak yang lari dari tuannya. Jadi kalau zaman dulu ada budak yang kabur dari tuannya, maka akan dipasang iklan. (mungkin seperti yang kita liat di film-film koboi kali ya, yang "WANTED"...)

Pre-Industrial Era
Pada masa ini, pemilik barang banyak menggunakan tanda/simbol yang dipahat/dipasang di depan toko.
Perkembangan penting yang mempengaruhi iklan modern :
1. Ditemukannya kertas di Cina
2. Ditemukan mesin cetak oleh Guttenberg
3. Muncul poster
4. Muncul surat kabar untuk iklan
5. Perkembangan populasi

Industrializing Era
Pada masa ini, mulai menggunakan mesin-mesin untuk produk massal. Produsen mulai melihat keuntungan beriklan di media massa dan akhirnya periklanan menajdi alat publikasi.
Pada masa ini juga muncul fotografi. Fotografi menambah kredibilitas dan dunia baru periklanan yang kreatif.

Industrial Era
Muncul barang-barang mewah, ditemukan radio & televisi sebagai sarana komunikasi massa. Iklan di televisi berkembang cepat dan menjadi media periklanan terbesar pada saat itu. Kreatif iklan berevolusi fokus pada keistimewaan produk dengan gaya hidup, penerimaan sosial, kemewahan, dan kesuksesan.

Post-Industrial Era
Iklam mulai meng-klaim bahwa produknya ramah lingkungan. Pada masa ini juga mulai muncul iklan korporat.

Global Interactive Era
Era dimana mulai muncul TV cable. Hal ini membawa pengaruh besar bagi industri periklanan.


Marketing Mix

  • Produk  : barang atau jasa yang ditawarkan pada konsumen; segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi keinginn atau kebutuhan.
          Klasifikasi produk dari segi penggunaan :
  1. Durable Goods = barang yang dapat digunakan berkali-kali. Memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi & disertai garansi.
  2. Non-durable Goods = barang yang digunakan dalam jangka pendek. Pada produk ini hal distribusi dan promosi sangat dipentingkan.
  3. Service = jasa yang tidak berwujud & mudah habis. Sangat memperhatikan mutu dan kredibilitas.

          Klasifikasi produk dari kebiasaan membeli :
  1. Convenience Goods = produk yang umum dibeli, mudah diperoleh dengan usaha minimum.Contohnya adalah kebutuhan sehari-hari.
  2. Shopping Goods = karakteristik produk dibandingkan berdasarkan kesesuaian antara kualitas, harga, dan gaya. 
  3. Speciality Goods = barang dengan karakteristik unik dan untuk memperolehnya harus melakukan usaha khusus
  4. Unsought Goods = barang yang tidak diketahui konsumen namun tidak terpikir untuk membelinya. Biasanya merupakan barang-barang baru.

         
          Klasifikasi produk dari tingkat produk :

  1. Core benefit = manfaat inti adalah sesuatu yang dibeli/dicari. Contohnya cafe. Jika kita ke cafe kita membeli suasana, makanan, dan atau minumannya.
  2. Basic product = core benefit diubah menjadi produk yang paling mendasar. Contohnya sebuah cafe memiliki ruangan, meja-kursi, dan menu.
  3. Expected product = disiapkan atribut dan kondisi yang diharapkan. Contohnya cafe yang ruangannya santai, meja-kursinya nyaman, dan menu yang lezat.
  4. Potential product = produk berkembang dan bertransformasi. Contohnya cafe yang dilengkapi dengan WiFi, live band, ataupun koki berpengalaman.


    Siklus hidup produk :

  1. Introduction = penjualan cenderung lambat. Iklan berperan menginformasikan produk ke khalayak
  2. Growth = penerimaan oleh pasar berkembang pesat. Iklan digunakan untuk memperluas target konsumen
  3. Maturity = produk diterima oleh konsumen. Iklan digunakan untuk menekankan keunggulan produk
  4. Decline = tingkat penjualan menurun. Iklan berhenti.



  • Price (Harga)
          Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang paling tepat (dapat memberikan
 keuntungan yang paling baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek). Harga juga sebaiknya sudah mencakup biaya produksi, distribusi, promosi, dan laba perusahaan. Harga dapat mendukung citra sebuah produk untuk merebut hati konsumen.
Penentuan harga murah, secara psikologis, menentukan bahwa produk mudah didapatkan di mana saja dalam jumlah besar. Sedangkan penentuan harga tinggi, secara psikologis, mengesankan bahwa produk tersebut sulit dicari, terbatas, dan eksklusif.


  • Place (Tempat)
Upaya agar produk yang ditawarkan berada pada tempat dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan biaya wajar. Unsur yang perlu diperhatikan adalah : saluran distribusi, jangkauan distribusi, penyediaan barang, dan lokasi & transportasi.


  • Promosi
Promosi membantu pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran untuk memperbaiki hubungan pemasar dan konsumen. Menurut Phillip Kothler, promosi merupakan informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran & pemasaran.
       
          Empat kegiatan komponen promosi :

  1. Advertising = bentuk presentasi & promosi non pribadi tentang ide, barang, maupun jasa yang dibayar oleh sponsor untuk memberi informasi kepada masyarakat.
  2. Personal selling = Presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli untuk mempengaruhi sifat konsumen agar terjadi penjualan.
  3. Publicity = pendorong permintaan non pribadi untuk suatu produk, jasa, dan ide dengan menggunakan berita komersial di media massa
  4. Sales promotion = periklanan dan publikasi yang digunakan untuk mendorong pembelian oleh konsumen maupun untuk mengefektifkan kegiatan para pengecer.



  • Public Relation (Humas)
  • Power 
Power bisa berupa uang. Perusahaan yang punya dana besar jauh lebih leluasa berpromosi dibandingkan perusahaan yang hanya mempunyai dana yang sedikit untuk melakukan promosi. Perusahaan yang memiliki dana yang sedikit lebih cocok menggunakan personal selling.

Sejarah dan Dinamika Periklanan Indonesia (III)

Nah, ini bagian terakhir hasil rangkuman buku yang saya baca yang berjudul RUMAH IKLAN : Upaya Matari Menjadikan Periklanan Indonesia Tuan Rumah di Negeri Sendiri. Penulisnya Pak Bondan Winarno, Penerbit Buku Kompas, Maret 2008.


-Flo-


ERA TELEVISI
   Hadirnya iklan televisi tentu saja menimbulkan gegar yang cukup signifikan terhadap lanskap media iklan Indonesia. Jumlah anggaran periklanan di Indonesia memang menunjukkan kenaikan sejak tumbuhnya stasiun-stasiun televisi swasta yang serta-merta menjadi media iklan. Tetapi, jelas pula tampak bahwa hampir semua kenaikan anggaran periklanan itu semata-mata dinikmati oleh sektor televisi.
Hadirnya 10 stasiun televisi swasta di Indonesia memang menyedot porsi terbesar dari anggaran periklanan. Wajar bila media-media lain pun menjerit. 
   Peningkatan anggaran periklanan yang terus menerus terjadi di Indonesia pun tidak menguntungkan media cetak. Stasiun televisi meningkatkan tarif iklannya setiap tahun, sehingga kenaikan anggaran periklanan sebagian besar merupakan fungsi dari kenaikan tarif yang terjadi. 
   Salah satu sektor yang terpukul habis oleh televisi adalah media bioskop. Berbagai gedung bioskop -khususnya di tataran akar rumput- kini telah menutup pintunya karena tidak ada lagi masyarakat yang ingin menonton.
   Radio memang sempat terpukul sebentar ketika stasiun televisi swasta semakin heboh menyedot anggaran periklanan. Untungnya industri siaran radio di Indonesia telah cukup canggih dan profesional ketika hal itu terjadi. Dengan cepat mereka melakukan re-engineering terhadap format siarannya-antara lain dengan berita yang disampaikan secara cerdas, menarik, dan interaktif, serta berbagai talkshow yang menarik.
   Di sektor media cetak, tampak geliat yang cukup signifikan di bidang majalah. Tampilan warna yang indah, serta isinya yang semakin seronok, merupakan daya tarik utama maraknya majalah sebagai media iklan. Diizinkannya franchise majalah asing sejak 1998 pun merupakan obat subur bagi mekarnya industri majalah.

IKLAN INTERAKTIF
   

   Akhir dasawarsa 1980-an, masyarakat dunia "dikejutkan" oleh kemunculan Music Television (MTV) yang berpenampilan segar dan sangat informal. Dengan konsep video musik, MTV mengantar sebuah era baru dalam media periklanan. MTV menjadi perintis bagi kehadiran berbagai jenis televisi komersial seperti yang dikenal denhan nama ShopTV atau DirecTV di berbagai negara. Pemirsa tidak mencari program di televisi, melainkan langsung mencari produk yang ditayangkan di televisi.
   Pada tahun 1994, masyarakat Indonesia mulai pula mengenal media televisi kabel dengan diawalinya layanan Indovision. Dalam waktu singkat hadir pula Kabelvision yang merupakan anak usaha Kelompok Lippo. Pasar televisi kabel menjadi kian semarak ketika pada tahun 2006 hadir pula Astro, sebuah perusahaan televisi kabel dari Malaysia. Astro bahkan membuat program sendiri untuk meramaikan layanannya. Ketiga televisi kabel Indonesia itu kini menjadi salah satu warna dalam pelangi media periklanan Indonesia.
   Mekarnya budaya Internet juga memberi media baru bagi periklanan Indonesia. Pada pertengahan 1998, hadir detik.com sebagai media umum cyber pertama di Indonesia. Dalam perkembangannya, media-media maya ini semakin berfokus pada pengembangan komunitas-komunitas demi penajaman sekmen pelanggan jangkauannya. Hal ini, tentu saja, sesuai dengan positioning untuk menjadikan cyber media sebagai media iklan yang spesial.


ARUS GLOBALISASI : SEBUAH KENISCAYAAN
   Era pasar bebas tentu saja mengimbas sektor periklanan pula. Investasi dan kepemilikan usaha menjadi semakin tidak mengenal tapal batas. Kenyataan ini memberi angin bagi semakin mengakarnya kehadiran perusahaan periklanan multinasional di Indonesia. Perusahaan periklanan asing yang semula "bersembunyi" dibalik facade perusahaan periklanan nasional, sekarang telah berbalik posisi menjadi di depan secara terang-terangan.
   Akan tetapi, perusahan-perusahaan periklanan skala menengah pun terkena imbas. Henry Saputra yang dulu memiliki Metro Advertising, sekarang "ditelan" oleh Publicis. Beberapa perusahaan periklanan nasional terus menyusut peran dan porsinya di tengah gencarnya aktivitas perusahaan periklanan global.


Pada tahun 2002, Matari bergabung dengan jaringan perusahaan periklanan nasional di Asia, bernama AsiaLink. Sejak tahun 2005, Presiden Direktur Matari, Aswan Soendojo menjadi Chairman AsiaLink.

Sejarah dan Dinamika Periklanan Indonesia (II)

Ini lanjutan postingan saya yang sebelumnya. Masih dari buku yang ditulis oleh Pak Bondan Winarno, judulnya RUMAH IKLAN : Upaya Matari Menjadikan Periklanan Indonesia Tuan Rumah di Negeri Sendiri

-Flo-



KELAHIRAN PERIKLANAN MODERN INDONESIA
   Perusahaan Periklanan CV Matari Advertising adalah perusahaan yang didirikan dengan akta notaris R.M. Soeroyo pada tanggal 30 Januari 1971 dan mulai berlaku sejak 16 Maret 1971. Matari diambil dari kata "matahari"-lambang energi, inovasi, dan kreativitas.
   Berdirinya Matari pada tahun 1971 bertepatan dengan boom yang terjadi di sektor periklanan Indonesia. Berbagai merek internasional mulai bermunculan di Indonesia dan dengan garangnya berupaya meraup pangsa pasar sebesar-besarnya. Coca-Cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film, American Express, Citibank, adalah sebagian dari nama-nama besar yang mulai membanjiri pasar Indonesia.
   InterVista adalah sebuah fenomena penting yang perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia-khusunya karena Nuradi, pendirinya, dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. 
   Pada tahun 1950, Nuradi ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet, dan kemudian menjadi anggota Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Selama di Amerika Serikat, Nuradi juga sempat menyelesaikan studi di bidang administrasi publik di Harvard University. Tetapi, Nuradi kemudian memilih jalan lain. Pada tahun 1963, ia kembali ke Indonesia dan mendirikan sebuah perusahaan periklanan bernama InterVista. Sebelumnya, ia memang sempar mengikuti kursus manajemen periklanan di SH Benson, London- perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu.  Pada awalnya Nuradi hanya mengiklankan produk-produk milik ayahnya (Hotel Tjipajung) dan kenalannya (PT Masayu, agen alat-alat berat). Ia juga membuat iklan untuk usaha milik Judith Woworuntu, sahabatnya, secara imbal-balik menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan InterVista.
   Ketika menangani klien Lambretta, merek scooter masa lalu, Nuradi untuk pertama kali membuat slide untuk iklan di bioskop. Terobosan ini merupakan awal gebrakan-gebrakan Nuradi selanjutnya. Tidak heran bila dalam waktu singkat, InterVista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar seperti Indomilk, Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran British American Tobacco, Vespa, dan lain-lain. Beberapa karya iklan InterVista di masa itu selalu mengundang decak kagum dan menjadi pengingat di benak masyarakat.

MARAKNYA IKLAN RADIO
   Dengan kematian iklan televisi pada tahun 1981, media cetak dan media radio menuai hasil. Tetapi, pembatasan jumlah halaman dan presentasi iklan media pers tidak dapat berbuat banyak.
   Ada satu hal yang setidaknya menjadi kunci sukses radio menerima "limpahan" kue iklan pada periode 1981-1988. Yaitu bahwa pada periode ini tingkat profesionalisme stasiun radio siara swasta telah jauh lebih baik dibanding dasawarsa sebelumnya.
   Akan tetapi, peran Matari sejak tahun 1972 tidak dapat dinihilkan sebagai hal kedua yang mendorong peningkatan profesionalisme radio-radio siaran swasta. Matari membuka kantor-kantor perwakilan di Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Medan. Tujuan pertama dan utama pendirian kantor-kantor perwakilan Matari di daerah memang demi tujuan "mengurus" penempatan iklanya di radio-radio siaran swasta yang tersebar sampai ke pelosok. Alasan pertama adalah karena radio tidak mengenal fixed price untuk penempatan iklan. Untuk itulah Matari membuka kantor perwakilan agar dapat melakukan negosiasi langsung dengan mereka untuk dan atas nama klien-klien. Alasan kedua adalah untuk melakukan monitoring atau pemantauan terhadap iklan-iklan yang ditempatkan. Di setiap kantor perwakilan Matari selalu ada petugas yang secara sistematis mendengarkan siaran-siaran radio swasta di daerah masing-masing serta mencatat setiap iklan Matari yang diudarakan. Setiap tagihan dari stasiun radio akan dicocokkan dengan hasil pantauan itu. Dengan cara itu, radio tidak bisa "main kayu". Mereka tahu dan sadar bahwa siaran mereka dimonitor oleh Matari, sehingga selalu menyiarkan iklan pada waktu dan dalam jumlah yang telah ditetapkan.
   Akan tetapi, Matari tidak hanya menjadi "polisi" bagi stasiun-stasiun di radio di daerah. Matari juga menyadari perannya sebagai pembina bagi radio yang pada kenyataannya adalah mitra strategis bagi perusahaan periklanan.
Matari pula yang mempelopori sistem pemasangan iklan radio pada tanggal-tanggal ganjil atau genap. Konsep ini didasari pada temuan SRI (Survey Research Indonesia- yang kemudian menjadi AC Nielsen) yang menyebutkan perbedaan efektivitas hanya 2% antara iklan yang disiarkan setiap hari dan setiap dua hari. Cara pemasangan iklan every other day ini kemudian ditiru oleh hampir semua pemasang iklan di radio.

LAHIRNYA PENDIDIKAN FORMAL PERIKLANAN
   Sunarto Prayitno, seorang praktisi periklanan muda, merintis pelembagaan sebuah institusi pendidikan resmi dan terstruktur. Dengan bantuan teman-temannya, Sinarto meresmikan lembaga itu pada tahun 1991 dengan nama Lembaga Pengkajian Komunikasi Pemasaran (LPKP). Istilah komunikasi pemasaran-sebagai substitusi istilah periklanan untuk lembaga ini- diusulkan oleh Baty Subakti yang menganggap bahwa perkembangan ilmu komunikasi memang memerlukan spesialisasi untuk mengkomunikasikan pemasaran secara khusus.
   LPKP menawarkan berbagai program pendidikan komunikasi pemasaran yang semula hanya menyentuh bidang periklanan. Tetapi, di kemudian hari LPKP juga menawarkan program bidang komunikasi pemasaran lainnya di bidang kehumasan dan promosi penjualan.
   Pada tahun 1996, LPKP bekerja sama dengan KOMPAK-sebuah komunitas beranggota 300 orang lebih yang mewakili pihak pengiklanan, perusahaan periklanan, dan media, serta industri penunjang periklan-mendirikan Institut Komunikasi dan Pemasaran Indonesia (ITKP). Lagi-lagi Baty Subakti berperan dalam negusulkan sisipan kata "dan" yang mencerminkan keinginan untuk leluaskan bisang studi ITKP-tidak saja tentang periklanan, tetapi juga pemasaran yang menjadi induknya. ITKP menawarkan program D-3 jurusan periklanan.

"UNIVERSITAS MATARI"
    Matari adalah satu-satunya perusahaan periklanan di Indonesia yang memiliki program pengembangan sumber daya manusia secara in-griya (in-house) dan terstruktur. Para lulusan Wijawiyata Manajemen yang diterima di Matari ini kemudian di-gladi lagi secara intensif, khususnya untuk bidang pemasaran dan periklanan. Kemudian diselenggarakan program Widya Karya Pariwara yang dilaksanakan enam hari seminggu, selama tiga bulan penuh. Dengan program-program seperti itu, tidaklah mengherankan bila Matari kemudian sering disebut sebagai "Universitas Periklanan Matari" - bai
k sebagai olok-olok, maupun sebagai pujian.

Sejarah dan Dinamika Periklanan Indonesia

Postingan saya yang ini adalah hasil rangkuman buku yang saya baca, judulnya RUMAH IKLAN : Upaya Matari Menjadikan Periklanan Indonesia Tuan Rumah di Negeri Sendiri. Buku ini ditulis oleh Pak Bondan Winarno. Penerbit Buku Kompas, Maret 2008.

-Flo-




PERINTIS PERIKLANAN INDONESIA
   Sejarah memang membuktikan bahwa iklanlah yang mengembuskan napas awal bagi kehidupan surat kabar di Indonesia. Pada masa-masa awal kehidupan pers Indonesia- dan keadaan ini berlanjut hingga awal abad ke-20 - surat kabar tidak lain adalah media iklan belaka.
   Pada masa perintisan periklanan Indonesia, hampir semua perusahaan periklanan merupakan afiliasi perusahaan media - sesuatu yang di masa sekarang justru dianggap sebagai pembenturan kepentingan. Pemilik surat kabar Java Bode, misalnya, juga memiliki sebuah perusahaan periklanan HM van Dorp yang diwakili oleh seorang bernama C.A. Kruseman. Ia dianggap sebagai salah seorang perintis dalam periklanan di Indonesia.
   Keterlibatan orang-orang etnis Tionghoa dalam bisnis media di Indonesia juga melibatkan mereka di bidang periklanan sejak awal. Yap Goan Ho, misalnya, seorang yang telah lama bekerja sebagai copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief, kemudian mendirikan sendiri sebuah perusahaan periklanan di Jakarta. Perusahannya dikontrak oleh surat kabar berbahasa Melayu, Sinar Terang, khusus dengan tujuan untuk mendatangkan iklan bagi surat kabar itu. Tokoh Tionghoa lainnya adalah Liem Bie Goan, juga memiliki perusahaan periklanan yang dikontrak surat kabar Pertja Barat untuk menangani iklan-iklannya. Ada juga seorang bernama Tie Ping Goan yang perusahaan periklanannya dikontrak oleh surat kabar Tjaja Soematra.
   Tokoh-tokoh perintis periklanan pribumi yang tercatat namanya adalah R.M. Tirto Adisoerjo, Raden Goenawan, dan Tjokoamidjojo. Adisoerjo adalah pemilik surat kabar Medan Prijaji yang beredar di Batavia. Ia kemudian mendirikan perusahaan periklanan yang dipercayakan kepada Goenawan, seorang yang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan periklanan NV Soesman's.
   Tjokroamidjojo adalah seorang aktivis Sarikat Dagang Islam di Semarang yang menerbitkan surat kabar Sinar Djawa. Sebagai mantan copywriter, Tjokro tahu manfaat iklan dan kemudian juga mendirikan sebuah perusahaan periklanan sebagai bagian penting usaha penerbitannya.
   Tokoh-tokoh lain yang dapat diperhitungkan keperintisannya antara lain : M. Sastrositojo dari Medan Moeslimin, Abdoel Moeis dari Neratja, Liem Kha Tong dari Ming, Joedoprajitno dari Jupiter, Hendromartono dari Mardi Hoetomo, dan S. Soemodihardjo dari Economie Blad.

PERUSAHAAN PERIKLANAN PERINTIS
   Hadirnya Unilever membawa masuknya cikal bakal Lintas (Lever International Advertising Services) ke Nusantara. Semula, Lintas adalah divisi periklanan dari Lever Brothers, sebelum kemudian berdiri sendiri menjadi perusahaan periklanan independen. Apa yang dilakukan Lintas yang berlogo bola dunia pada masa-masa awal itu sebetulnya tidak lain adalah melakukan adaptaso bentuk+bentuk iklan yang telah mereka luncurkan terhadap produk-produk serupa di bagian dunia lainnya,  serta melakukan media placement.
   "Model organisasi" seperti Lintas itulah yang agaknya kemudian ditiru beberapa usahawan di Batavia dan kota-kota besar Indonesia lainnya. Hingga masa pendudukan Jepang, beberapa perusahaan periklanan yang terkenal di Jakarta, antara lain :
- A de la Mar, di Koningsplein (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara, dekat Istana Merdeka)
- Aneta (sebagai bagian dari kantor berita bernama sama), di Passer Baroe (sekarang Museum LKBN Antara di Jalan Antara)
- Globe, di Jalan Kali Besar Timur
- IRAB (Indonesia Reclame en Advertentiebureau), semula berkantor di Molevliet (sekarang jalan Hayam Wuruk), tetapi kemudian pindah ke Asem Reges (kemudian menjadi Sawah Besar, sekarang Jalan KH Samanhudi)
- Preciosa, di Gang Secretarie (Kantor Sekretariat Negara sekarang, Jalan Veteran IV)
- Elite, (tidak tercatat alamatnya)
Hampir semua perusahaan periklanan itu dipimpin oleh orang Belanda, kecuali IRAB dan Elite yang diselenggarakan oleh kaum bumiputra.

   Beberapa perusahaan periklanan yang tercatat hadir di Jakarta pada masa kembalinya pemerintahan RI ke Jakarta antara lain adalah : Azeta, Contact, Cotey, De Unie, Elite, F. Bodmer, Franklijn, Garuda, Grafika, Ippres, IRAB, Kilat, Korra, Life, Lintas, Oriental, Patriot, Pikat, Reka, Studio Berk, dan Titi. Di Bandung juga hadir beberapa perusahaan periklanan, antara lain : Medium, Djepati, Florida, King's, Korra (kantor cabang), Limas, Lintas (kantor cabang), dan Rosada.


KEBANGKITAN ASOSIASI PERIKLANAN INDONESIA
   Atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang berdomisili di Jakarta dan Bandung, pada awal September 1949 dilembagakan sebuah asosiasi bagi perusahaan-perusahaan periklanan. Asosiasi ini diberi nama Bond van Reclamebureaux in Indonesia atau dalam bahasa Indonesia Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Nama asosiasi yang masih menggunakan bahasa Belanda ini tidak lain karena mayoritas anggotanya adalah perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki orang Belanda. Sebelas perusaah periklanan tercatat sebagai anggota PBRI, yaitu : Budi Ksatria, Contact, De Unie, F. Bodmer, Franklijn, Grafika, Life, Limas, Lintas, Rosada, dan Studio Berk.
   Kehadiran PBRI dianggap hanya mewakili perusahaan-perusahaan periklanan besar-khususnya yang dimiliki atau dikuasai oleh orang-orang Belanda. Perusahaan-perusahaan kecil merasa bahwa aspirasi mereka tidak menemukan jalan untuk disampaikan ke dalam PBRI.
   Suasana seperti itu kemudian memicu lahirnya sebuah asosiasi perusahaan periklanan nasional yang dimiliki dan diawaki oleh orang-orang Indonesia. Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) dibentuk pada tahun 1953, dan sertamerta menjadi organisasi tandingan bagi PBRI. Anggota SBRN yang tercatat adalah 13 perusahaan periklanan : Azeta, Elite, Garuda, IRAB, Kilat, Kinibalu, Kusuma, Patriot, Pikat, Reka, Lingga, Titi, dan Trio.
   Namun, tidak semua perusahaan periklanan bersedia bergabung ke dalam asosiasi. Contohnya adalah Medium yang telah bertukar nama menjadi Balai Iklan. Ia memilih untuk tidak bergabung dengan salah satu dari dua asosiasi itu. Tjetje Senaputra, pemiliknya, berdalih bahwa Balai Iklan tidak menangani iklan display dan karena itu tidah menganggap perusahaannya sebagai full-service agency. Balai Iklan memang mengkhususkan diri pada iklan-iklan klasika berukuran kecil tentang lowongan kerja dan berita keluarga.

Kamis, 03 Oktober 2013

Kenalan dulu

Hallo semua :)
Nama saya Florentina Wula. Saat ini saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR semester 3. Nanti semester 4 baru ada penjurusan dan kebetulan saya emang mau pilih jurusan periklanan. Jadi pas banget nih kalo saya (dan temen-temen sekelas) dikasih tugas untuk bikin blog yang isinya tentang periklanan, sekalian nyicil-nyicil nambah ilmu buat ke depannya laahh..


Oke, segini dulu deh perkenalan singkat ini. Semoga isi-isi blog yang nanti saya tulis bisa bermanfaat ya. Isinya dari hasil saya baca buku sama dari catetan kuliah. Selamat membaca :)

-Flo-